Text
Asuhan kebidanan pada bayi ny. s dengan ctev congenitas talipes equino varus di ruang perinatologi RSU tangerang
Menurut data Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007, AKI di Indonesia adalah 228 per 100.000 kelahiran hidup dan AKB di Indonesia adalah 34 per 1.000 kelahiran hidup (Subagio, 2011). Kematian bayi pun tidak terlepas dari faktor maternal. Salah satu contohnya adalah Diabetes Mellitus. Makrosomia, yakni berat bayi lebih dari 4000 gram, terjadi pada 25% sampai 42% kehamilan yang disertai diabetes (Bobak, 2005: p. 705). Berdasarkan data statistik di Ruang Perinatologi RSU Tangerang tahun 2011, dari 1689 bayi baru lahir, terdapat 27 bayi yang mengalami kelainan kongenital. Dari 27 bayi tersebut, satu bayi mengalami CTEV (Congenital Talipes Equino Varus).rnTujuan penulisan karya tulis ilmiah ini adalah untuk memperluas wawasan, menambah pengetahuan, dan keterampilan dalam memberikan asuhan pada bayi baru lahir dengan makrosomia dan CTEV. Metode yang digunakan adalah studi kasus dengan pendekatan manajemen kebidanan menurut Varney. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi, pemeriksaan fisik, observasi, studi dokumentasi, dan studi literatur.rnDari data subjektif bayi lahir pada kehamilan 39 minggu dengan ibu Diabetes Mellitus. Dari data objektif berat badan bayi saat lahir 4.260 gram, telapak kaki kanan dan kiri menekuk ke samping bagian dalam. Dari data subjektif dan objektif ditegakkanlah assessment Bayi Ny. S dengan CTEV (Congenital Talipes Equino Varus). Tindakan yang dilakukan hasil kolaborasi dengan Dokter adalah memberikan oksigen, mencegah hipotermi, memberikan cairan dekstrosa 10% melalui intravena, pengecekan hemoglobin, hematokrit, trombosit, leukosit, golongan darah, rhesus, rutin cek GDS 3 kali sehari, dilanjutkan asupan cairan glukosa 10% dengan kebutuhan cairan 100cc/kg BB per infus, diberikan cairan aminofluid dengan kebutuhan 20cc/kg BB, terapi injek Micasin 30 mg, Ceftazidin 200 mg, dan Ranitidine 2x4mg, bayi dipuasakan sampai refleks menelan baik kemudian diberikan susu secara bertahap mulai dari 8x5 cc/hari, dilakukan pemasangan gips tetapi tidak dilanjutkan karena keluarga menolak, kemudian dilakukan kunjungan rumah. Saran bagi pelayanan kesehatan diharapkan dapat meningkatkan komunikasi dan kerja sama antar tenaga kesehatan untuk saling mendukung dalam kesehatan bayi serta meningkatkan komunikasi dan konseling kepada pasien. Saran bagi ibu dan keluarga diharapkan dapat memahami dan memikirkan kembali dilakukannnya tindakan medis untuk kebaikan bayinya.rn
No copy data
No other version available